Dibalik Secangkir Coklat Panas



Aku sengaja berjalan sendiri menikmati keindahan malam minggu di alun-alun Batu. Aku menyusuri seluruh pedagang kaki lima yang berada di sepanjang bibir alun-alun. Melihat satu persatu proses pembuatan makanan hingga mensajikannya.

Andai saat itu aku lagi proses syuting, akan lebih bagus jika ada yang merekam kegiatanku itu. Namun dikesendirian itu, aku bertekad untuk menyembunyikan hp ku di dalam tas. Aku sengaja untuk tidak mengabadikan karena aku ingin benar-benar menikmatinya dengan ketenangan jiwa. Ah.. ternyata menyenangkan jalan-jalan sendiri di tengah keramaian orang-orang yang sedang bersama pasangannya. Tidak buruk juga, batinku berteriak seperti itu.

Setelah puas melihat satu persatu-satu berbagai jenis makanan, aku berhenti di pedagang coklat panas. Karena semakin malam udara semakin dingin, maka ku pesan secangkir coklat panas untuk menemaniku menikmati suasana alun-alun Batu di malam minggu ini. Tidak terlalu mahal. Ya, cukup menukar uang 8000 aku sudah mendapatkan coklat panas tersebut. 

Sayang sekali, saat itu aku benar-benar tidak ingin mengabadikan tanganku dengan se-cup coklat panas itu. Walaupun begitu, hingga kini aku masih bisa merasakan harum dan rasa coklatnya yang membuatku berkali-kali jatuh cinta.

Entah apa aku bisa merasakan coklat panas lain selain coklat panas itu? 
- sc. IG : elqudsyi -

Rasa coklatnya yang masih menguasai otakku, hingga aku tidak ingin merasakan coklat panas yang lain selain coklat panas di alun-alun Batu tersebut. Ah.. kota itu, selalu dan selalu menjadi candu untukku. Andai jarak ini sangat dekat, setiap malam aku sudah berada disitu untuk menikmati setiap rasa dan harum wangi coklatnya.

No comments:

Powered by Blogger.