JADI GURU BK ITU, BERAT! KAMU TAK AKAN KUAT.



Demam Dilan. Dimana-mana quote Rindu Dilan selalu di jadikan jokes. Tapi tulisanku kali ini, memang benar bukan jokes, hehe. Jadi Guru itu berat, bener deh. Aku nggak bohong. Apalagi honornya dikit *eh*, (banyakan honor orang tua kalian, serius!) udah gitu, muridnya sungguh luar biasa pula (kelakuannya). Benar-benar berat! Kamu tak akan kuat.

Apalagi menjadi Guru BK. Terkadang, bahkan dan sering, Guru BK menjadi Guru paling tidak disukai oleh banyak murid. Alasannya, Guru BK itu jahat. Guru BK itu selalu menghukum. Guru BK itu sok-sok an. Mungkin mereka juga mikir gini kali “Guru BK itu dulunya nggak pernah nakal ya? Gak pernah muda. Lahir langsung tua. Sok iye banget dah!”. Apalagi baru-baru ini beredar quote andalan para siswa, di Instagram nya pada di kasih caption “Kalau gak nakal, Guru BK nggak ada kerjaan!” dan kemudian mereka upload poto yang ya.. you know what I mean!

“Lalu aku harus salto sambil bilang wow gitu?” kata aku, Guru BK.


Hai kalian (para pembaca yang masih duduk di bangku sekolah), kalau kalian bisa di ajak kerja sama, Guru BK kalian asyik kok! Suer deh, aku nggak bohong! Tapi kalau kalian sudah menyalahi aturan sekolah, ya jangan salahkan kalau ada tindakan (sesuai peraturan dan kebijakan sekolah masing-masing) yang akan – mungkin – membuat kalian sangat muak dengan Guru BK. Karna salah satu tugas Guru BK itu meluruskan sikap-sikap kalian yang sedikit bengkok. Kalau kalian ada masalah, kenapa nggak nyoba face to face aja sama yang bersangkutan atau bisa curhat ke Guru, teman, sahabat kalian atau siapapun itu. Biar ada solusi. Nggak langsung sok iye, jadi jagoan gitu.


“buk, aku ini masih remaja, masih labil. Emosinya sulit dikendalikan. Kalau ibu jadi aku, pasti ibu berantem duluan daripada ngomong baik-baik. Yoi nggak?”

“Yoi bro! kamu nggak salah kok. Bagus sudah berantem, besok di ulangi lagi ya? Makin cakep tuh muka ada selai merahnya” kata aku, Guru BK

“hellow buk, aku ini ada masalah keluarga. Ya kali, aku certain ke temen, sahabat atau anda. Lha anda sapa? Pacar bukan, sodara bukan, ortuku juga bukan! Emang bisa nyelesain masalahku? Ya dengan cara “gini” aku bisa bebas, nggak mikir masalah yang ada dirumah!”

“hellow.. emangnya aku dukun bisa nyelesain masalah kamu, kalau kamu nggak bilang? Yah nggak bisalah. Aku mah apa, Cuma remahan rengginang yang nggak kamu anggap” kata aku, Guru BK

Mungkin itulah sedikit gambaran suara hati siswa-siswi tercinta yang tingkahnya bikin geleng-geleng. Oke, biar aku jelasin disini, wahai pembaca yang budiman (baik yang masih sekolah, sudah bekerja, sudah menikah, sudah pensiun dan kawan-kawannya)

Kita semua yang hidup pasti punya masalah. Yang nggak punya masalah adalah orang yang sudah meninggal. Karna mereka sudah meninggal, masalah apa lagi coba yang dihadapi? Oh mungkin, masalahnya satu, bisa jawab nggak ya pas ditanyai Malaikat di akhirat? – oke skip – semua masalah bisa diselesaikan kan dengan baik kok. Kalau kamu mau.

Sekarang ayok kita samakan pikiran kita dengan beberapa opsi dibawah ini:

Silahkan kalian (para pembaca yang masih duduk di bangku sekolah) pilih yang baik menurut kalian. Kamu punya pikiran kan? Yuk digunain, daripada di anggurin, mubadzir..


Lebih baik bicara dengan baik-baik, akibatnya masalah cepat selesai dengan baik pula lalu hidup damai, bisa jahilin si Siti lagi dengan ngambil bulpennya.


Lebih baik berantem, akibatnya ada yang luka di tubuh, dapat marah dari ortu sendiri dan ortu teman yang bersangkutan dan dapat tindakan dari sekolah.

Lebih baik curhat, mengungkapkan isi hati, akibatnya bisa nafas lega, setidaknya beban di pikiran berkurang.


Lebih baik kabur dari rumah, main ke tempat-tempat yang nggak harus di kunjungi, akibatnya ke ciduk sama pihak berwajib dan malu.



“Berarti kita nggak boleh marah dong?”

“boleh” kata aku, Guru BK

“berarti kita harus jadi anak baik terus dong? Ah nggak seru amat hidupku!”

“nggak seru lagi kalau di skorsing, jadi nggak bisa ngambil bulpennya si Siti lagi” kata aku, Guru BK (sebentar, si Siti itu siapa sih? sulit di jawab ini!)


Kalau mau marah, silahkan. Kalau mau teriak, silahkan. Kalau mau nangis, silahkan. Boleh kok. Boleh. Yang nggak di anjurkan adalah merugikan diri sendiri, apalagi orang lain. Seperti berantem, kan ngerugiin diri sendiri dan orang lain. Bener kan?

Dalam istilah orang dewasa, ada yang namanya “Katarsis” artinya teknik menyalurkan emosi yang terpendam. Kalau mau marah, marah aja. Pukul tembok. Eh jangan, kasian dong temboknya, nggak salah kok di pukul :') Kalau mau teriak, teriak aja, tapi jangan teriak di jalan. Nanti di cyduck sama rumah sakit jiwa. Teriak aja di pantai, di sawah, di gunung. Nggak papa. Kalau mau nangis, nangis aja. Nggak ada yang ngelarang. Tapi nangisnya bentar aja, ntar kalau lama-lama matanya kayak abis di tonjok orang sekampung lho..

Terus kalau sudah lega, coba cerita, apa yang sedang kamu pikirkan sampai kamu susah makan, minum, tidur, dan sampai bilang “buk rindu itu berat”. Nanti Dilan yang jawab kalau sampai ada yang bilang gitu. BK itu bukan ruangan yang cuma untuk anak-anak yang nakal saja. Bukan. Boleh kok anak yang berprestasi masuk BK. Lha, ngapain bu? Ya, kali aja mau ngambil bulpennya. Kan bulpennya habis disembunyiin sama Tono di ruang BK. (sapa lagi, si Tono itu? Ah tau ah!)

Kalau kalian punya masalah tapi nggak mau cerita, boleh aja sih. Tapi ya itu, jangan melampiaskan dengan cara yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Seperti yang tadi dibilang “remaja itu masih labil buk”, lha berarti kan paham, kalau masih labil berarti masih belum bisa menyelesaikan masalah sendiri, jadi perlu bantuan dan bimbingan dari orang lain.

Yang jadi masalah itu, kalau kalian sekali sudah benci orang, apapun yang dikatakan sama orang itu, pasti nggak kalian dengarkan. Betul, bukan? Sama dalam kasus-kasus kebanyakan, kalau kalian dari awal membenci Guru BK, sampai luluspun, kalian akan bersikap bodo amat sama Guru BK. Yang ada, jadinya nggak respect. Semaunya sendiri dan menyalahi aturan. Padahal sudah jelas-jelas ku katakan, kalau mau bekerja sama, asik kok Guru BK kalian. Intinya, Guru BK itu kayak artis sedang naik daun. Banyak heaters nya. Ya ada sih yang suka. masak? Jangan maksa deh! Oke nggak ada yang suka kayaknya. Puas?! Apapun yang dilakukan Guru BK, baik itu menasehati, ngajak bercanda, ngajak jogging *lha*, semuanya pasti di anggap perbuatan jahat.

Jadi kayak yang Cinta bilang ke Rangga gitu “apa yang kamu lakukan ke saya itu, JAHAT!”

Jadi nggak masuk ke otak gitu kalau di ajak ngobrol sersan (serius santai) sama Guru BK. Kan uda benci pake banget. Trus kalian nggak kasian gitu sama Guru BK? Uda capek ngomong ngalor ngidul, ngasih tau sebab-akibatnya, ngasih contoh dan perumpamaan, ngasih hpnya *eh, ya nggak juga sih, kalau ini* tapi nggak ada perubahan dari kalian? Huhft, berat nak! Kalian tak akan kuat. Sumpah deh!

Belum lagi kalau menghadapi orang tua kalian yang sudut pandangnya beda-beda. Ada yang menerima sikap anaknya, ada yang nggak terima karena anaknya adalah anak yang tertukar *apasih*. Berat nak, berat. Kamu tak akan kuat. HAHAHA! Kok malah ketawa? Pengen nampol diriku sendiri, boleh?

Aku sih nggak apa-apa di benci sama kalian. Kan ada pepatah yang bilang, Jangan benci berlebihan, karna nanti rasa benci itu berubah jadi cinta. Ciee.. kalian cinta ke Guru BK gitu? Awas, nanti di tampol sama suami/istrinya lho.. Aku sih ngarepin – sebagai Guru BK – ya nggak berharap kalian jadi anak baik semua sih, nggak kok. Malah aneh kalau jadi anak baik semua, sekolah nggak rame dong!. Berulah boleh, tapi wajib bertanggung jawab atas ulah yang sudah diperbuat dan berjanji jadi lebih baik lagi. Harapannya gitu aja. Jangan kejebur di lubang yang sama. Cari lubang lain, kali aja di lubang lain ada air jernihnya. Biar kalau kalian bangkit dari lubang itu, otak kalian jadi jernih seperti air tersebut. Semoga nyambung dan kalian mengerti. Kalau nggak ngerti dan nggak nyambung, plis pura-pura ngerti. TITIK.

Setelah baca tulisanku itu semua, ternyata masih ada aja yang protes…

“Ibu sih enak, ngomong doang. Coba ibu ngerasain jadi aku!” kata murid

“yakin, mau jadi aku? Jangan, berat! Kamu tak akan kuat. Biarlah yang menjadi aku ya tetap aku. Dan yang menjadi kamu tetap kamu :')” kata aku, Guru BK.

Terima kasih Siti dan Tono, sudah pernah mau menjadi figuran di sini..

4 comments:

  1. Jadi penasaran seberapa jauh kesabaran bu Guru dalam menghadapi kebandelan anak-anak ditambah problematika kehidupan ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba aja ikutan jadi Guru. Biar bisa tau gimana sensasinya yg mendebarkan menghadapi tingkah anak-anak yg seharusnya masih lucu

      Delete
  2. Coba aja ikutan jadi Guru. Biar bisa tau gimana sensasinya yg mendebarkan menghadapi tingkah anak-anak yg seharusnya masih lucu

    ReplyDelete
  3. Super sekali guru BK satu ini.. 👍

    ReplyDelete

Powered by Blogger.