JODOH BELUM TERLIHAT HILALNYA, TAPI ADA TITIK TERANG DISANA



Ramadhan-ramadhan gini enaknya buka puasa ditemani kolak pisang ya. Duh, jadi pengen segera maghrib. Eh, tapi lebih enak lagi kalau saur dan buka puasa ada yang nemenin. 
Duh, jadi pengen nikah !

Kali ini Indonesia lagi darurat teroris. Beberapa hari terakhir, Jakarta dan khususnya Surabaya lagi diteror serangan bom bunuh diri. Sehingga kita yang jadi penduduk Indonesia di harapkan untuk selalu waspada dimanapun berada.

Sama halnya yang masih single, diharapkan untuk waspada dimanapun berada. Apalagi setelah puasa sebulan penuh, kita merayakan Idul Fitri. Dimana ajang silaturrahmi dirusak karena serangan teror pertanyaan keramat, "Kapan nikah?"


Pertanyaan kapan itu nggak ada habisnya dan tak lekang oleh waktu, yaelah.. judul lagu kali ah. Mungkin mereka bertanya seperti itu, tujuannya untuk jadi semangat para singleman dan singlewati untuk segera mengakhiri single nya. Tapi mereka juga nggak ngerti gimana perasaan para single kalau dihadapkan pertanyaan seperti itu. 

Rasa kesel, jengkel, jenuh, bosan, marah pasti ada. Kalau senyum, itu pasti kepaksa. Rasanya nggak ada happy-happy nya gitu kalau ditanya "kapan nikah?". Apalagi ditambah dengan statement "makanya segera nikah biar ga ditanyai terus". Lha dipikir nikah itu gampang apa? Ya gampang sih kalau udah ada calonnya. Lha kalau belum? Kan syarat nikah paling utama kan ada calonnya, gimana mau nikah kalau calonnya belum terlihat batang hidungnya. Sabar..


Ditambah lagi dengan tuduhan "ya makanya gak usah pilih-pilih, grade nya itu di turunkan". Yaelah.. yakali nyari sekolah, pake grade-grade segala. Eh tapi ada benernya lho.. kan sekolah pertama bagi seorang anak itu adalah orang tua. Jadi emang kudu nggak boleh salah pilih. Hihi

Kenapa pernyataan itu semacam tuduhan? Jadi gini, belum tentu seseorang belum menikah itu karna kebanyakan milih atau kriterianya tinggi ala-ala actor Hollywood atau pemeran drama korea. Jadi kenapa belum menikah? Lha itu yang jadi pertanyaan??
what happen with you?

Seorang singleman dan singlewati itu nggak boleh kebanyakan pikiran lho. Mereka itu kudu happy. Karna pertanyaan kapan nikah itu bisa bikin stres level atas. Ditambah lagi dengan kata-kata yang "katanya" mau dukung, tapi ujungnya malah nyudutin.

Kalau tetap mau mewawancari para singleman dan singlewati, ajak mulai dari kenapa dan mengapa. Jangan langsung main "ya makanya..." atau "salah sendiri..." atau lainnya. Maka baiknya jaga perkataan dan perasaan untuk para singleman maupun singlewati. Karena perasaan mereka dalam mode sensitif, se-sensitif kulit yang gampang kena panu.


Jangan khawatir jika ada tetua atau siapaupun memberi nasehat atau masukan ke singleman dan singlewati, mereka bisa nerima kok asalkan dalam tahap tidak memojokkan atau menyudutkan. Karena jika salah bicara, mode senggol bacok akan dikeluarkan. Dan jangan lupa ketika wawancara, para singleman dan singlewati memberi sanggahan atau pendapat, jangan dibantah. Karena dari situlah mereka mengungkapkan perasaannya. Karena mereka perlu orang yang mau mendengarkan bukan bantahan.

Jadi intinya, pertanyaan "kapan?" Itu tak akan pernah habis sampai punya anak, punya cucu dan cicit sekalipun. Baiknya, kita sesama manusia yang dianjurkan untuk saling silaturrahmi, maka jangan rusak acara silaturrahmi dengan pertanyaan keramat.

Jika jodoh belum terlihat hilalnya, para single harus bagaimana? Jangan tanya soal doa dan usaha yang sudah dilakukan para single, karena hal seperti itu sudah pasti dilakukan tanpa disuruh. Jadi tugas para tetua, para wartawan atau para-para lainnya adalah doakan aja yang terbaik untuk kehidupan para singleman dan singlewati agar segera mengakhiri kesingleannya. Dengan doa-doa tulus, maka para single akan mendapatkan titik cahaya terang untuk kehidupannya di masa depan kelak.


Karena untuk menjadi single itu bukan pilihan. Dalam hati terdalam para single, pasti ingin membangun kehidupan rumah tangga seperti teman-teman yang sudah mendahuluinya dan membahagiakan orang tua yang ingin segera menimang cucu. Namun apalah daya jika sosok pangeran (untuk singlewati) atau putri (para singleman) yang menggetarkan hati belum datang?

Hai single ! Harap bersabar, ini ujian :)

No comments:

Powered by Blogger.